JAKARTA (Suara Karya): Bank Indonesia (BI) tampaknya makin ketat saja menjaga rupiah. Intervensi terus dilakukan di pasar uang guna mempertahankan posisi nilai tukar agar tak terlalu kuat terhadap dolar AS. Padahal, jika dibiarkan berjalan normal, rupiah di pasar spot antarbank bisa terus melejit bahkan menguat ke kisaran Rp 8.700 setiap dolar AS.
Pengamat pasar uang Farial Anwar memperkirakan, peluang rupiah untuk naik sebenarnya cukup besar, namun BI masih berada di pasar mengawasi pergerakan rupiah agar tidak berada dalam kisaran yang melebar.
Pelaku asing, menurut dia, masih akan menginvestasikan dananya di pasar saham dengan membeli rupiah yang memicu mata uang Indonesia bergerak naik. ''Namun investasi asing saat ini relatif kecil sehingga belum memicu rupiah menguat'', katanya.
Ia mengatakan, pelaku asing selama September lalu melakukan transaksi mencapai Rp6 triliun yang mendorong Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) naik tajam menembus level 3.600 poin. "Namun indeks BEI di posisi 3.600 poin tidak bertahan lama dan kembali berada di level
Kondisi ini, lanjut dia, sangat berpengaruh terhadap pergerakan rupiah yang diperkirakan akan dapat mencapai level Rp 8.900 per dolar, namun sampai saat ini masih belum tercapai.
"Rupiah sampai saat ini sulit mencapai level Rp 8.900 per dolar, sekalipun hanya tinggal beberapa puluh poin saja untuk mencapai angka tersebut. Karena BI jaga (rupiah)," katanya.
Rupiah, menurut dia, masih tergantung dari isu eksternal baik positif maupun negatif, karena itu faktor eksternal yang dikeluarkan diharapkan terus positif. Apalagi pelaku asing menunggu muncul faktor positif di pasar internal, seperti kinerja keuangan emiten, dan kenaikan suku bunga bank.
Ketatnya penjagaan BI, diperkirakan akan terus dilakukan hingga kurs rupiah akan terjaga di level aman Rp 9.000 per dolar AS. Pengamat pasar uang D Abdurrahman mengatakan, posisi rupiah akan kembali ke level itu dan bertahan hingga akhir tahun.
"Kami optimistis rupiah akan kembali mencapai Rp 9.000 per dolar, karena Bank Indonesia selalu siap melakukan intervensi pasar," katanya. Berdasarkan asumsi makro ekonomi Indonesia, rupiah pada tahun ini ditargetkan sekitar Rp 9.100 per dolar AS, sementara untuk 2011 sekitar Rp 9.300 per dolar AS.
Menurut dia, pelaku pasar saat ini juga menunggu kebijakan pemerintah mengenai penggantian Kapolri dan kemungkinan reshuffle kabinet yang diperkirakan akan mempengaruhi pasar uang.
Turun Tipis
Kurs rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antarbank Jakarta, Jumat sore, turun tipis tiga poin karena pelaku pasar kembali melepas rupiah, meski dalam jumlah relatif kecil. Nilai tukar rupiah turun menjadi Rp 8.923-Rp 8.933 per dolar AS dibanding penutupan hari sebelumnya Rp 8.920-Rp 8.930.
Direktur Retail Banking PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib di Jakarta, mengatakan, pelaku pasar melepas rupiah karena melihat bursa saham dilanda aksi lepas sehingga Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) melemah hampir mencapai 50 poin. "Kondisi ini memicu pelaku pasar uang melepas rupiah meski aksi lepasnya tidak besar," katanya.
Menurut dia, rupiah sulit bergerak naik maupun turun dalam kisaran yang melebar, karena setiap pergerakannya selalu diawasi oleh BI. "BI menjaga rupiah agar tidak liar dan tidak menyulitkan eksportir maupun importir dalam melakukan kegiatan usahanya," katanya.
http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=263613
Tidak ada komentar:
Posting Komentar